Menteri ESDM RI Himbau Bakal Stop Investasi Nikel

Source Foto : Trenasia.com.

JAKARTA, KLIKERS.id – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM RI), Arifin Tasrif, menyebut bahwa pihaknya telah menghimbau untuk tidak ada lagi investasi baru yang masuk dalam pembangunan smelter nikel berteknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).

Terutama, ujar Arifin, yang menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi).

“Udah dihimbau. Sementara ini sudah dihimbau untuk tidak lagi menginvestasikan ke situ,” jelas Arifin kepada awak media di Jakarta, ditulis Minggu (13/08/2023).

Kendati begitu, Kementerian (ESDM) meminta agar tidak ada lagi investasi untuk pembangunan proyek pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel baru. Khususnya smelter nikel kelas dua yang menghasilkan feronikel (FeNi) dan Nickel Pig Iron (NPI).

Hal demikian secara terpisah, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi), Rizal Kasli sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya sudah beberapa kali mengusulkan kepada pemerintah untuk melakukan moratorium smelter nikel jika belum ditemukan cadangan nikel baru yang tersedia di Indonesia.

“Kami beberapa kali usul dilakukan moratorium pembangunan smelter pirometalurgi karena menggunakan nickel ore kadar tinggi, saprolit, yang minim. Kalau digenjot terus, kita khawatir ketahanan cadangan nikel riskan,” ujar Rizal dikutip (13/8).

Lebih lanjut, Rizal mengatakan nikel sendiri terbagi menjadi dua jenis yakni nikel dengan kadar tinggi atau saprolit yang diproses melalui smelter pirometalurgi. Jenis kedua adalah nikel dengan kadar rendah atau limonit yang diproses melalui smelter hidrometalurgi.

Khusus jenis saprolit, ungkap Rizal, diketahui umur cadangan di Indonesia paling lama hanya mencapai 7 tahun lagi. Itu apabila semua smelter nikel di Indonesia beroperasi baik yang eksisting maupun yang baru.

“Kami kira apabila semua smelter terutama yang pirometalurgi selesai dibangun, cadangan saat ini bertahan sekitar 5-7 tahun, karena jumlah kebutuhan nikel 460 juta ton apabila semua smelter dibangun,” tuturnya.

Sementara, tambah Rizal, untuk jenis nikel kadar rendah atau limonit, Rizal mengatakan bahwa dengan cadangan yang ada saat ini bisa tahan hingga 33 tahun ke depan.

“Untuk limonit, data yang di bawah 1,5% kadarnya, untuk apabila semua refinery atau smelter hidrometalurgi selesai dibangun, bertahan sekitar 33 tahun kurang lebih,” ujarnya.